Trending

Pengenalan Budaya Akademik Kampus (PBAK) atau Pengenalan Sistem Akademik Kampus (PSAK)

Adid - Redaksi
Rabu, 30 Juli 2025

Pengenalan Budaya Akademik Kampus (PBAK)  atau Pengenalan Sistem Akademik Kampus (PSAK)
Opini

247 views

Oleh: Kahfi Madani Yuskar (Ketua PBAK Fakultas Ushuluddin, UIN Ar-Raniry)

Keputusan bersama pimpinan dan Ketua Lembaga di lingkungan UIN Ar-Raniry pada Kamis, 17 Juli 2025, pukul 09.00 WIB, telah menorehkan kebijakan yang bukan hanya mengejutkan, namun juga mengecewakan. Bersembunyi di balik dalih “efisiensi anggaran,” kampus justru melahirkan keputusan yang menggerus nilai-nilai ideal dalam proses kaderisasi mahasiswa baru. Kebijakan itu telah menjauhkan Perkenalan Budaya Akademik Kampus (PBAK) dari ruh dan tujuan awalnya.

Rapat yang disebut sebagai ruang musyawarah, nyatanya hanya formalitas pengesahan sepihak. Ketua-ketua lembaga diundang hanya untuk mendengar dan menyetujui, bukan untuk berdiskusi. Tak ada ruang untuk sanggahan, apalagi dialektika. Bahkan suara-suara kebenaran yang semestinya hadir dari mereka yang mengaku mewakili nalar kolektif mahasiswa justru dibungkam oleh dua kata “kepatuhan struktural”.

PBAK yang sejatinya merupakan momentum sakral pengenalan budaya akademik, kini tereduksi menjadi rutinitas administratif yang kering dan membosankan. Mahasiswa baru hanya disuguhi pemaparan sistem akademik kampus dari pagi hingga sore, selama tiga hari penuh bukan makanan ringan lagi nan mewah serta mengenyangkan perut. Kegiatan yang seharusnya menjadi pintu gerbang pembentukan karakter kritis, empatik, dan berwawasan sosial bagi mahasiswa baru, kini menjelma jadi Perkenalan Sistem Akademik Kampus (PSAK).

Kami bertanya: di mana ruang penguatan nilai-nilai keilmuan, kebebasan berpikir, serta independensi mahasiswa sebagai agen perubahan? Bukankah mahasiswa adalah perpanjangan tangan masyarakat yang harus dibekali lebih dari sekadar informasi birokratis?

Sebagai Ketua PBAK Fakultas Ushuluddin, saya menilai keputusan ini telah mematikan roh perjuangan awal mahasiswa. PBAK bukan sekadar forum pengenalan kampus, tetapi medium awal untuk membentuk identitas intelektual dan keberpihakan mahasiswa terhadap kebenaran.

Jika alasan utamanya adalah efisiensi anggaran, maka langkah yang lebih bijak adalah memperkuat pelaksanaan PBAK di tingkat fakultas dan Jurusan. Universitas cukup menggelar pembukaan secara simbolis, lalu memberikan otoritas pelaksanaan ke fakultas masing-masing. Dana yang ada sebaiknya dialokasikan langsung ke fakultas-fakultas agar dapat dikelola secara tepat, kontekstual, dan sesuai dengan karakter keilmuan masing-masing.

Kebijakan pimpinan yang menyeragamkan seluruh proses PBAK justru bertentangan dengan semangat otonomi kelembagaan dan keberagaman fakultas di lingkungan kampus. Pengenalan budaya akademik seharusnya tidak bisa disamakan antara Fakultas Ushuluddin, Tarbiyah, Syariah, maupun Dakwah. Setiap fakultas memiliki nilai, budaya intelektual, dan pendekatan pengkaderan yang khas.

Hari ini, kampus telah kehilangan momentumnya untuk membangkitkan kembali gairah keilmuan mahasiswa baru. Namun bukan berarti kami berhenti bersuara. Kritik ini adalah bentuk perlawanan kepada mereka yang terindikasi ketidakbenaran, namun saya juga mencintai kampus ini. Hal ini saya sampaikan sebab kampus bukanlah pabrik birokrasi, tetapi rumah bagi nalar, perdebatan, dan pertumbuhan jiwa-jiwa merdeka.

Sudah saatnya kebijakan kampus berpihak pada nilai, bukan semata efisiensi. Berpihak pada pembentukan karakter, bukan sekadar prosedur. Dan berpihak pada mahasiswa sebagai aktor utama perubahan, bukan objek administratif semata.

Komentar
Baca juga
katapoint.id, All rights reserved. | Designed By Rifal Agustiar